RAMBUT BERWARNA JADI PERTANDA SESEORANG SEDANG STRES? - RESTU

Penulis : Muhammad Restu Aji Parameswara

NIM: 22041184047

Objek : remaja rambut berwarna

Tugas : liputan 3

Seperti yang kita tahu, akhir-akhir ini trend mewarnai rambut muncul lagi di lingkungan sekitar. Contoh nya di Surabaya, banyak sekali remaja yang berani mewarnai rambut mereka dengan warna-warna yang cukup ekstrim seperti oranye, merah, kuning, bahkan warna-warna neon. Di sosial media, trend ini juga sudah ramai dimana banyak sekali remaja bahkan dewasa yang ikut serta meramaikan trend ini.

Trend ini sendiri mulai ramai disaat masa pandemi, dimana banyak remaja yang merasa bosan dan butuh suasana baru, hingga memutuskan untuk mewarnai rambut mereka. Bahkan beberapa remaja menyimpulkan bahwa mewarnai rambut dapat menghilangkan stres. Hingga muncul stigma bahwa ‘’orang stres dapat dilihat dari warna rambut nya’’.

Nisrina seorang mahasiswa di Surabaya yang mengaku awam akan trend ini mengaku sempat beberapa kali mendengar stigma tersebut.

‘’Aku sempat mendengar rumor-rumor mengenai stres dan cat rambut,’’ ujar Nisrina dalam wawancara pada Jumat (16/09/2022).

Menurut Nisrina sendiri, tidak ada hubungannya warna rambut dengan tingkat stres seseorang. Sangat tidak masuk akal apabila menyangkut-pautkan warna rambut dengan tingkatan stres seseorang. Namun apabila mewarnai rambut benar dapat mengurangi stres, kita sebagai manusia juga tidak pantas untuk menilai bahwa semakin mencolok warna nya maka semakin stres orang itu.

Begitu juga menurut Ayak, mahasiswa satu ini juga berpikir bahwa tidak ada hubungan dari warna rambut seseorang dengan kondisi psikis mereka. Menurutnya stigma tersebut hanya merupakan suatu teknik marketing untuk meningkatkan trend ini.

‘’Mewarnai rambut tidak selalu berhubungan dengan masalah psikis. Karena jaman sekarang banyak yang klaim bahwa kondisi mentalnya tidak stabil dan disaat melihat ada nya trend ini, maka beberapa orang menyambung-nyambungkan saja,’’ kata Ayak.

Menurut Ayak alasan orang mewarnai rambut mereka bukan hanya karena stres tapi juga bisa karena ingin mencari sensasi, ingin re-branding­ dirinya, dan masih banyak alasan lain.

Ayak juga menambahkan, bahwa saat ini belum ada penelitian resmi akan hubungan dari mengecat rambut dan juga kondisi psikis. Jadi beberapa oknum ada yang mengaitkan kedua hal ini dengan tujuan tertentu.

Berbeda dengan Nasywa, mahasiswa yang gemar mengecat rambut nya ini mengaku bahwa mengechat rambut merupakan suatu coping mechanism dalam menghadapi stres dimana mewarnai rambut dapat mengalihkan pikiran. Dan disaat hasil yang kita dapat sesuai dengan keinginan kita maka akan ada kepuasan tersendiri dan itu lumayan dapat mengurangi stres.

‘’Menurut saya mewarnai rambut merupakan suatu coping mechanism dalam menghadapi stres dimana itu dapat mengalihkan pikiran kita. Dan disaat hasilnya sesuai dengan keinginan kita, maka akan ada rasa senang tersendiri dan itu lumayan menghilangkan stres,’’ ungkap Nasywa.

Tetapi Nasywa sendiri juga tidak setuju akan stigma bahwa orang stres dapat dilihat dari warna rambutnya. Menurutnya tidak semua orang stres akan mewarnai rambutnya dan tidak semua orang yang mewarnai rambutnya adalah orang stres.


Komentar