Seperti yang kita tahu,
akhir-akhir ini trend mewarnai rambut muncul lagi di lingkungan sekitar. Contoh
nya di Surabaya, banyak sekali remaja yang berani mewarnai rambut mereka dengan
warna-warna yang cukup ekstrim seperti oranye, merah, kuning, bahkan warna-warna
neon. Di sosial media, trend ini juga sudah ramai dimana banyak sekali remaja
bahkan dewasa yang ikut serta meramaikan trend ini.
Trend ini sendiri mulai ramai disaat
masa pandemi, dimana banyak remaja yang merasa bosan dan butuh suasana baru, hingga
memutuskan untuk mewarnai rambut mereka. Bahkan beberapa remaja menyimpulkan
bahwa mewarnai rambut dapat menghilangkan stres. Hingga muncul stigma bahwa
‘’orang stres dapat dilihat dari warna rambut nya’’.
Nisrina seorang mahasiswa di
Surabaya yang mengaku awam akan trend ini mengaku sempat beberapa kali
mendengar stigma tersebut.
‘’Aku sempat mendengar
rumor-rumor mengenai stres dan cat rambut,’’ ujar Nisrina dalam wawancara pada
Jumat (16/09/2022).
Menurut Nisrina sendiri, tidak
ada hubungannya warna rambut dengan tingkat stres seseorang. Sangat tidak masuk
akal apabila menyangkut-pautkan warna rambut dengan tingkatan stres seseorang.
Namun apabila mewarnai rambut benar dapat mengurangi stres, kita sebagai
manusia juga tidak pantas untuk menilai bahwa semakin mencolok warna nya maka
semakin stres orang itu.
Begitu juga menurut Ayak,
mahasiswa satu ini juga berpikir bahwa tidak ada hubungan dari warna rambut
seseorang dengan kondisi psikis mereka. Menurutnya stigma tersebut hanya
merupakan suatu teknik marketing untuk meningkatkan trend ini.
‘’Mewarnai rambut tidak selalu berhubungan
dengan masalah psikis. Karena jaman sekarang banyak yang klaim bahwa kondisi
mentalnya tidak stabil dan disaat melihat ada nya trend ini, maka beberapa
orang menyambung-nyambungkan saja,’’ kata Ayak.
Menurut Ayak alasan orang
mewarnai rambut mereka bukan hanya karena stres tapi juga bisa karena ingin
mencari sensasi, ingin re-branding
dirinya, dan masih banyak alasan lain.
Ayak juga menambahkan, bahwa
saat ini belum ada penelitian resmi akan hubungan dari mengecat rambut dan juga
kondisi psikis. Jadi beberapa oknum ada yang mengaitkan kedua hal ini dengan
tujuan tertentu.
Berbeda dengan Nasywa,
mahasiswa yang gemar mengecat rambut nya ini mengaku bahwa mengechat rambut
merupakan suatu coping mechanism dalam
menghadapi stres dimana mewarnai rambut dapat mengalihkan pikiran. Dan disaat
hasil yang kita dapat sesuai dengan keinginan kita maka akan ada kepuasan
tersendiri dan itu lumayan dapat mengurangi stres.
‘’Menurut saya mewarnai rambut
merupakan suatu coping mechanism dalam
menghadapi stres dimana itu dapat mengalihkan pikiran kita. Dan disaat hasilnya
sesuai dengan keinginan kita, maka akan ada rasa senang tersendiri dan itu
lumayan menghilangkan stres,’’ ungkap Nasywa.
Tetapi Nasywa sendiri juga
tidak setuju akan stigma bahwa orang stres dapat dilihat dari warna rambutnya.
Menurutnya tidak semua orang stres akan mewarnai rambutnya dan tidak semua
orang yang mewarnai rambutnya adalah orang stres.
Komentar
Posting Komentar